Tari Barong Antara Kebajikan dan Kebatilan


Bali yang kita kenal sebagai pulau Dewata selain alamnya yang indah banyak pula menyimpan beragam seni dan budaya yang tinggi nilainya. Pantas saja, sampai saat ini Bali terus menjadi salah satu prioritas utama di dunia bagi para wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri untuk di kunjungi sebagai objek wisata. Salah satu pertunjukan kesenian yang banyak digemari wisatawan adalah tari Barong. Seni tari ini sering di pertunjukan kalau ada acara-acara perayaan keagamaan atau dalam rangka menjamu tamu, seperti halnya yang tengah disaksikan oleh serombongan Pembina Pramuka dari Kwartir Cabang (Kwarcab) Kota Bandung yang pada saat bersamaan sedang melakukan kunjungan ke setiap Kwarcab Se-Jawa dan Bali, tujuan mereka adalah untuk meninjau sekaligus menilai sampai sejauh mana kinerja Gerakan Pramuka di setiap daerah dalam menjalankan organisasi. Bertempat di Puri Anom Batubulan Gianyar Bali, beberapa waktu lalu.

Lakon yang dibawakan mereka berkisah tentang sebuah pertarungan antara “kebajikan” melawan “kebatilan”. Tokoh Barong sendiri merupakan binatang purbakala yang melukiskan kebajikan sedangkan, perwujudan dari kebatilan digambarkan lakon binatang purbakala lainnya yaitu Rangda.

Dikisahkan dalam cerita tersebut, bagaimana jiwa-jiwa manusia saat dirasuki roh jahat seperti peran Dewi Kunti dengan teganya mau mengorbankan anaknya sendiri Sadewa untuk dipersembahkan kepada Rangda sebagai tumbal, termasuk roh jahat yang juga merasuki patihnya sendiri. Namun, pertolongan bagi Sadewapun datang dari Dewa Siwa dengan memberikannya sebuah kekebalan yang membuat Rangda menyerah kalah serta memohon untuk diselamatkan ke surga.

Seluruh penonton di bawa terhanyut kedalam suasana magis, mereka juga merasakan adanya suatu kekuatan yang menjadikan tari Barong ini begitu berbeda dengan tarian lain. Sementara, penontonpun dituntut untuk mengerti jalan cerita yang dibawakan bahwa tarian ini bukanlah sebatas hiburan, tapi, sarat dengan makna kehidupan baik antara manusia maupun terhadap lingkungannya.

Pada kisah selanjutnya, bagaimana setelah Rangda dimasukan ke dalam surga oleh Sadewa, terdapat pula Kalika maih pengikut Rangda yang sama-sama ingin di masukan ke dalam surga. Namun, ditolak oleh Sadewa. Akhirnya, perkelahian diantara merekapun tidak dapat terhindarkan, dengan berbagai cara kalika tetap harus mengakui kemenangan Sadewa.Tapi, Kalika tidak habis akal Ia merubah wujud menjadi burung yang sebelumnya berwujud juga seekor Babi Hutan kemudian berubah wujud lagi sebagai Rangda, disaat itulah Sadewa tidak dapat membunuh Rangda karena kesaktiannya. Namun, Sadewapun tidak selemah itu dan bisa juga merubah wujud menjadi Barong yang sama saktinya. Disinilah akhir dari setiap pertarungan tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang terus abadi. Begitupun para pengikut Barong yang dipersenjatai keris tidak dapat mengalahkan kesaktian Rangda. Roni/kotapramuka.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال