Alat-alat musik tradisional di Indonesia yang saat ini masih ada dan masih dapat digunakan masyarakat sangat beragam betuk, jenis dan jumlahnya. Sebagian diantaranya tergolong alat musik yang telah diakui dunia seperti halnya Angklung khas Jawa Barat. Namun, ada pula alat-alat musik yang keberadaanya sudah terbilang hampir punah. Tepatnya di daerah Jatisura, Jatiwangi-Majalengka Jawa Barat, sekelompok seniman yang menamakan dirinya Jatiwangi Art Factory yang berdiri sejak tanggal 27 september 2005 melalui sebuah riset mencoba menyelamatkan alat musik tradisional Jatiwangi yang terbuat dari tanah dan hampir punah tersebut, dengan cara melakukan berbagai kajian lokal seperti mengadakan workshop, penelitian, kajian dan dokumentasi, penerbitan, pertunjukan, kolaborasi seniman dengan masyarakat lokal, serta melalui siaran radiao.
Sadatana atau dalam bahasa Sunda adalah Sada dan Tanah yang berarti suara tanah, dimainkan dengan cara memukul bagian rongga udaranya dengan telapak tangan serupa gembyung, sehingga menghasilkan suara dentuman yang khas. Konon, oleh masyarakat setempat alat musik ini sering digunakan pada acara-acara besar seperti pesta tebu di pabrik gula jatiwangi. Kemudian, ada pula yang berbetuk gitar terbuat dari keramik, alat musik ini merupakan hasil karya kolaborasi antara mukti-mukti, secco handmade gitar dan Jatiwangi Art Factory di beri nama "mur-mur" karena dapat menghasilkan jenis suara yang berbeda dengan suara gitar pada umumnya, terdapat sedikit bergumam diakibatkan efek resonansi yang timbulkan secara alami dari badan gitar keramik tersebut.
Selain itu, masih jenis yang sama, yaitu gitar dengan bahan baku genteng, pada bagian dalamnya diberi pick-up untuk kemudian, dihubungkan ke amplifier dan gitar ini dapat juga menghasilkan sustain yang panjang dan warna sound yang lebih khas. Sementara, alat musik genteng ensamble adalah alat musik yang telah disesuaikan nadanya sehingga membentuk nada diantonis, kemudian disusun diatas stand kayu dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik serupa memainkan alat musik barera (terdapat dalam marching band), ada pula Okarina, masih terbuat dari tanah bentuknya menyerupai kerang, terdiri dari 4 lubang untuk mengatur nada dan satu lubang untuk meniup. Alat ini termasuk ke dalam alat musik aerophone, memainkannya dengan cara ditiup dapat menghasilkan suara suling, namun lebih terdengar memiliki karakter akibat dari bahan tanah tersebut.
JAF yang berada di bawah naungan Yayasan Daun Salambar, dalam hal ini mengharapkan adanya kebersamaan dalam menciptakan kesepahaman diantara semua pihak dan saling bertukar pemikiran serta pengalaman, juga saling membantu dalam rangka melestarikan khazanah budaya bangsa khususnya Jawa Barat agar dapat bernilai di mata dunia.
Grup musik Talawengkur Jatiwangi Art Factory sempat pula membawakan beberapa buah lagu menggunakan alat musik dari tanah ini dalam acara "Cramik Fair 2009" di Braga City Walk yang diadakan dari tanggal 3-5 Desember 2009 dan pada pameran "Bandung World Jazz 2009" di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Jl. Tamansari Bandung dari tanggal 3-4 Desember 2009. Bertepatan dengan rangkaian kegiatan "Helarfest 2009".
Sadatana atau dalam bahasa Sunda adalah Sada dan Tanah yang berarti suara tanah, dimainkan dengan cara memukul bagian rongga udaranya dengan telapak tangan serupa gembyung, sehingga menghasilkan suara dentuman yang khas. Konon, oleh masyarakat setempat alat musik ini sering digunakan pada acara-acara besar seperti pesta tebu di pabrik gula jatiwangi. Kemudian, ada pula yang berbetuk gitar terbuat dari keramik, alat musik ini merupakan hasil karya kolaborasi antara mukti-mukti, secco handmade gitar dan Jatiwangi Art Factory di beri nama "mur-mur" karena dapat menghasilkan jenis suara yang berbeda dengan suara gitar pada umumnya, terdapat sedikit bergumam diakibatkan efek resonansi yang timbulkan secara alami dari badan gitar keramik tersebut.
Selain itu, masih jenis yang sama, yaitu gitar dengan bahan baku genteng, pada bagian dalamnya diberi pick-up untuk kemudian, dihubungkan ke amplifier dan gitar ini dapat juga menghasilkan sustain yang panjang dan warna sound yang lebih khas. Sementara, alat musik genteng ensamble adalah alat musik yang telah disesuaikan nadanya sehingga membentuk nada diantonis, kemudian disusun diatas stand kayu dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik serupa memainkan alat musik barera (terdapat dalam marching band), ada pula Okarina, masih terbuat dari tanah bentuknya menyerupai kerang, terdiri dari 4 lubang untuk mengatur nada dan satu lubang untuk meniup. Alat ini termasuk ke dalam alat musik aerophone, memainkannya dengan cara ditiup dapat menghasilkan suara suling, namun lebih terdengar memiliki karakter akibat dari bahan tanah tersebut.
JAF yang berada di bawah naungan Yayasan Daun Salambar, dalam hal ini mengharapkan adanya kebersamaan dalam menciptakan kesepahaman diantara semua pihak dan saling bertukar pemikiran serta pengalaman, juga saling membantu dalam rangka melestarikan khazanah budaya bangsa khususnya Jawa Barat agar dapat bernilai di mata dunia.
Grup musik Talawengkur Jatiwangi Art Factory sempat pula membawakan beberapa buah lagu menggunakan alat musik dari tanah ini dalam acara "Cramik Fair 2009" di Braga City Walk yang diadakan dari tanggal 3-5 Desember 2009 dan pada pameran "Bandung World Jazz 2009" di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Jl. Tamansari Bandung dari tanggal 3-4 Desember 2009. Bertepatan dengan rangkaian kegiatan "Helarfest 2009".